Pertama denger nama A Place to Bury Strangers, hhhmm..ini nama keren banget dijadiin jadi nama band. Terus udah gitu coba search lagunya di Spotify, waaa bagus juga post-punk experimental avant garde dll lah yah. Coba digging lagi liat live-nya dan hasilnya waaww mengagumkann juga. Okey fix nih haru diliat live nya A Place to Bury Strangers, sebenernya pertama denger nama A Place to Bury Strangers itu lewat obrolan setelah 630 Records, Studiorama dan Noisewhore sukses menggelar konsernya Fazerdaze di Jakarta. “Next mau bawa apa lagi neeh bg?” terus dijawab sama Eky, “A Place to Bury Strangers”. Dari situ sih pertamanya.
A Place to Bury Strangers diselengarakan pada tanggal 22 Desember 2017 bertempat di Rossi Music Fatmawati Jakarta. Untuk kali ini 630 Records, Studiorama dan Noisewhore medaulat dua band yang menjadi pembuka, yaitu Pelteras dari Jakarta dan Flukeminix dari Bandung yang kebetulan mereka sedang menyelenggarakan “Sight Unseen Tour ’17”.
A Place to Bury Strangers tepat pada pukul 20.oo dibuka oleh penampilan dari Pelteras unit post-punk/death rock asal Jakarta yang selalu menarik perhatian saya, karena emang sound-nya tuh selalu bagus dan penampilannya teh bagus aja gitu udah nonton beberapa kali tapi nggak ngebosenin. Setelah Pelteras giliran ini nih Flukeminix band post rock experimental asal Bandung. Flukeminix menyuguhkan sound yang begitu keras dengan alunan gitar yang mendayu dan disaat yang tepat dapat menaikkan tempo dengan raungan gitar yang kencang. Selama hampir 60 menit penonton yang hadir pada malam itu tersihir oleh penampilan dari Faris dkk.
Okeey.. inilah saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga sekarang giliran A Place to Bury Strangers yang bersiap di atas panggung. Lampu semua di matikan dan hanya terdengar suara wanita yang memberikan anjuran kalo pada saat show akan memakai lampu flash yang dapat mengganggu bla bla bla.. saya kurang mendengarkan juga.
Tanpa basa – basi langsung terdengar suara gitar diiringin bass dan suara drum yang begitu keras dan kencang yang jadi pertanda dimulainya set dari A Place to Bury Strangers dengan lagu “We’ve Come so Far” yang didaulat menjadi lagu pembuka. Di lagu pertama aja penonton yang hadir pada malam itu sudah disuguhkan dengan suara yang bising dan permainan visual yang selaras dengan bebunyian yang dihasilkan diatas panggung. Wahh gila ini di lagu pembuka aja udah langsung bikin teriakk “anjiiiinggggg apaaa inniihhhhh!!!” sambil headbang mengikuti beat lagu. Di lagu pertama ini, Oliver sempet melempar gitarnya, setelah dilempar diambil lagi dan dibanting, anjiiss ini baru lagu pertama udah maen banting-banting aja.
Lagu berikutnya ada Ego Death, In Your Heart, Situation Changes, Straight, Drill it up dan lagu lainnya pokoknya total keseluruhan lagu yang dibawain ada sekitar 12 lagu. di tengah set saya mencoba merubahan posisi menonton, dari posisi yang tengah banget saya mencoba untuk kedepan, dan di depan suaranya lebih kenceng lagi gitarnya, teryata bukan hanya dari output PA nya aja, dari ampli gitar dan bass nya Dion aja udah kenceng banget. Saya lihat Oliver memakai guitar jaguar dengan body yang setengah dan Bass nya Dion hanya bersenarkan 1 senar, ternyata senar bass Dion pada awal set masih lengkap, setelah beres set-nya habis senarnya memang sengaja dia putusin ternyata. Oh dan jangan lupa dengan sosok perempuan powerfull dibelakang drum bernama Lia Simone Brasweel yang katanya baru bergabung dengan A Place to Bury Strangers permainan drum dari Lia Simone itu parah tenaganya dan konon doi sempet tour bareng The Mars Volta bareng band nya Le Bucherettes (salah satu personil nya istri nya Omar Rodriguez). Set A Place to Bury Strangers pada malam itu ditutup oleh lagu Ocean, lagu yang terdapat di album self titled mereka dirilis pada tahun 2017 silam.
Oiya, ini penting juga nih hampir lupa. Mereka tidak memakai lighting yang ribet, cuman pakai strobo aja. Jadi lighting mereka rubah dengan memakai infocus sebanyak 5, dan katanya biasanya mereka pakai 9 infocus. Dan mengoperasikan visualnya itu adalah Burgers yang merupakan road manager A Place to Bury Strangers.
Setelah beres acara, ngobrol dengan beberapa orang disana. Mereka sepakat dengan yang saya alami yaitu selama set A Place to Bury Strangers berlangsung, kita bukan seperti ada di Rossi Music Fatmawati. Seperti ada dihutan gitu dengan kabut yang tebal tapi ada suara-suara bising.
A Place to Bury Strangers sukses membawa pengalaman baru buat saya didalam hal menonton penampilan live dari sebuah band.
Photos & teks: Manno