NAILS ‘Every Bridge Burning’ ALBUM REVIEW
Nuclear Blast. August 30th, 2024
Grindcore/Hardcore
Sempat dianggap hidup segan, matipun tak mau, setelah keluarnya John Gianelli dan Taylor Young tahun 2020 lalu, bulan Juni kemarin, secara tak terduga NAILS nongol kembali lewat pengumuman album keempat mereka, ‘Every Bridge Burning’, dan formasi baru cukup ngeri, karena Todd Jones saat ini turut dibantu oleh Carlos Cruz (drummer/WARBRINGER), Andrew Solis (bassist/APPARITION), dan Shelby Lermo (gitaris/ULTHAR), dimana kwartet ini langsung beringas di single pertama “Imposing Will”. ‘Every Bridge Burning’ menjadi album penuh NAILS dengan jarak perilisan terpanjang dari LP sebelumnya, pasalnya rilisan ini baru nongol delapan tahun setelah ‘You Will Never Be One of Us’, dan sepanjang Desember 2016 sampai Agustus 2024, band ini hanya melepaskan sebuah split bareng FULL OF HELL, berserta single berisikan dua lagu bertajuk “I Don’t Want to Know You”, pada pertengahan 2019, meski begitu, NAILS masih lumayan rajin manggung sampai sebelum pandemi dan cabutnya penggebuk drum dan pembetot bass, jadi kurang terdengarnya nama NAILS beberapa tahun terakhir bukanlah suatu anomali alias masih wajar.
Walaupun dengan sokongan personil baru yang punya spesialisasi alirannya masing-masing, racikan yang diusung NAILS masih tetap beringas seperti biasa, memang band ini gak bakalan bisa menandingi keliaran ‘Unsilent Death’ ataupun intensitas ‘Abandon All Life’, namun ‘Every Bridge Burning’ saya rasa sudah jauh lebih nendang dari ‘You Will Never Be One of Us’, karena selain durasinya lebih ngepas, materi yang dihadirkan oleh Todd Jones dkk juga lebih memorable sekaligus variatif banget untuk sebuah album grindcore. “Imposing Will” langsung berhasil menjadi lagu quintessential NAILS, dengan kantong groove yang bikin headbang, begitu pula dengan “Punishment Map” yang menggerinda tanpa ampun, namun dengan sebuah mini chorus yang anthemik banget, “Make you feel the way you make me feel… The guilt and shame the pain is all so real… Don’t give a fuck how you fucking deal…”, yang sudah pasti jadi bagian sing along favorit penonton. Dalam title track “Every Bridge Burning”, NAILS terdengar sedikit lebih nge-thrash sekaligus nyrempet TERRORIZER, dimana Carlos Cruz emang kedengaran banget ciri khasnya sebagai thrasher garis keras, sedangkan “Give Me the Painkiller” justru terdengar seperti sebuah nomor speed metal ala MOTORHEAD dkk, lengkap dengan guitar solo dan bass drum menggulung.
Belum puas membabat genderang telinga pendengar, “Lacking the Ability to Process Empathy” muncul sekonyong-konyong dengan riffing groovy segila PANTERA dan para pantheon NYHC, sebuah lagu yang sudah pasti membuat para anak beatdown langungsung tergerak kaki dan tangannya. Track keenam sampai delapan bisa dibilang menjadi kumpulan lagu pengisi waktu yang sayangnya kurang punya hook segila lima lagu sebelumnya dan hanya “Dehumanized” yang benar-benar worth it. Masuk ke dua nomor terakhir, “I Can’t Turn It Off” lebih condong ke crust/d-beat dengan breakdown pecah di akhir, lalu sebagai closer, “No More Rivers to Cross” merupakan lagu lumayan medok unsur doom/sludge-nya, dengan lirik super galak dan pissed off plus punya durasi lebih dari tiga menit biar semua orang puas. Meskipun dari segi produksi tak terlalu abrasif seperti ‘Abandon All Life’, tetapi hampir semua materi baru yang disodorkan NAILS dalam ‘Every Bridge Burning’, langsung terpatri dikepala tak pakai lama, sekaligus gak membaur satu sama lain, yang menjadi penyakit akut banyak album-album grindcore/powerviolence diluaran, termasuk full-length NAILS sebelumnya, dan setelah delapan tahun absen ngalbum NAILS kembali membuktikan bahwa mereka masih menjadi salah satu band grindcore terbaik saat ini. (Peanhead)
9.3 out of 10