ODDITY
Sutradara: Damian McCarthy
Irlandia (2024)
Review oleh Tremor
Setelah terkesan dengan film Caveat (2020) beberapa tahun lalu, saya selalu menunggu karya dari penulis / sutradara Damian McCarthy selanjutnya. Di tahun ini akhirnya ia kembali dengan karya keduanya, Oddity, sebuah film horror supranatural dengan bumbu misteri pembunuhan, thriller balas dendam, rumah berhantu, dan sihir. Seperti yang pernah ia lakukan dalam Caveat, lewat Oddity McCarthy kembali memperlihatkan kemampuannya dalam menggunakan alur lambat untuk membangun atmosfer dan mood menyeramkan dengan sangat efektif.
Karena Oddity dibalut dengan plot misteri, saya tidak ingin menuliskan plotnya terlalu banyak. Film ini berfokus pada Darcy Odello, seorang perempuan tunanetra pengelola toko antik yang menjual benda-benda aneh dan terkutuk. Wajar saja Darcy mengelola toko semacam itu karena ia adalah seorang paranormal yang memiliki kemampuan menerawang kejadian tertentu dengan cara menyentuh benda-benda pribadi seseorang. Darcy memiliki seorang saudari kembar bernama Dani yang tewas dibunuh tepat satu tahun sebelumnya di mana seorang pria bernama Olin Boole telah ditetapkan sebagai pelaku pembunuhan. Dengan cara yang tidak akan saya tuliskan di sini, suatu hari Darcy menemukan fakta bahwa ternyata Boole bukan pelaku yang sebenarnya. Darcy ingin menggali lebih dalam tentang kebenaran di balik pembunuhan Dani karena ia ingin membalaskan dendamnya pada orang yang tepat. Akhirnya Darcy pun memutuskan pergi bermalam di lokasi tempat Dani dibunuh untuk mengungkap kebenaran lewat rencana dan kemampuan supranaturalnya.
Opening sequence dari Oddity adalah bagian yang paling saya suka karena sequence ini terasa begitu kuat, menegangkan dan dieksekusi dengan sangat baik, membuat seluruh perhatian saya terpaku pada cara McCarthy menyusun alurnya, serta atmosfer mencekam yang membalutinya. Tidak hanya dalam sequence pembukanya saja, McCarthy juga berhasil mempertahankan seluruh mood creepy di sepanjang film sambil sesekali menyelipkan citra-citra menyeramkan serta satu-dua jump scare yang efisien lewat pengaturan minimalis. Namun sudah jelas kalau jump scare bukanlah modal kengerian dalam Oddity, karena McCarthy adalah master pencipta atmosfer menyeramkan. Saya juga menyukai bagaimana McCarthy menyusun misteri dalam kisah yang sederhana ini sambil membeberkan satu persatu petunjuk secara perlahan untuk penonton menghubungkan sendiri informasi yang ia sediakan. Sayangnya beberapa kelemahan film ini juga ada pada plotnya, terutama ketika sudah semakin banyak informasi yang terungkap. Salah satu yang paling lemah adalah motivasi di balik pembunuhan Dani yang terasa sangat dangkal dan menjadi jawaban yang tidak memuaskan. Lalu ada satu hal spesifik yang dilakukan oleh Darcy yang terasa tidak logis bagi saya menjelang klimaks filmnya, yaitu ketika ia membeberkan informasi pengungkapannyanya kepada satu karakter kunci. Menurut saya itu adalah langkah yang sangat bodoh, karena rencana Darcy tentu akan berjalan lebih mulus kalau saja ia tidak mengungkapkan hal tersebut. Tapi saya paham bahwa tujuan dari bagian ini adalah agar penonton mendapatkan pengungkapan yang dinanti-nanti. Beberapa twist dan kejutan dalam Oddity juga mungkin bisa dengan mudah diprediksi, namun hal tersebut bisa segera dimaklumi karena McCarthy bukanlah seorang penulis cerita detektif.
Sepertinya Damian McCarthy memang menyukai penggunaan benda tertentu yang berpotensi menjadi ikonik dalam setiap filmnya. Contohnya adalah boneka kelinci usang dalam film Caveat yang kembali hadir sebagai kameo dalam Oddity dengan detail yang sedikit berbeda, terpajang di salah satu rak toko antik milik Darcy. Dalam Oddity, McCarthy kembali berfokus pada benda-benda, dari mulai bel meja berhantu, mata palsu, hingga yang paling sentral untuk film ini adalah sebuah manekin kayu yang disebut the Wooden Man. Manekin ini berukuran manusia dewasa bertubuh tegap, dengan ekspresi wajah yang seakan sedang berteriak kesakitan secara permanen. Sesuai yang saya harapkan, the Wooden Man menjadi sumber kengerian utama dalam film Oddity ketika malam tiba dan Darcy mulai menjalankan rencananya. Bicara soal benda-benda, saya pikir toko antik milik Darcy sangat potensial untuk dikembangkan menjadi seri antologi cerita pendek tersendiri, mungkin semacam serial TV Friday the 13th: The Series (1987-1990) namun dalam bentuk antologi horor versi Damian McCarthy, dengan Darcy sebagai host-nya. Salah satu contohnya adalah kisah dibalik sebuah bel meja terkutuk yang dituturkan oleh Darcy dalam Oddity.
Secara keseluruhan, Oddity membuktikan bahwa Damian McCarthy memanglah seorang pembuat film yang berbakat dan sangat memahami cara memaksimalkan semua sumber daya dengan efektif. Sama seperti debutnya Caveat, atmosfer menyeramkan dan gaya visual adalah kekuatan utama dari Oddity. Semua ini didukung dengan sinematografi, permainan cahaya dan bayangan, pengeditan, musik, special effect, hingga desain produksi yang saling melengkapi dalam membangun kengerian. Tahun 2024 adalah tahun yang produktif dan penuh kejutan untuk genre horor, dan Oddity menjadi salah satunya yang memberi nafas menyegarkan bagi komunitas horor. Meskipun film ini tidak menciptakan hal baru, namun Oddity tetaplah film yang sangat berhasil sebagai film horor dan saya akan terus menunggu karya horor McCarthy selanjutnya.