TIMECRIMES / LOS CRONOCRIMENES
Sutradara: Nacho Vigalondo
Spanyol (2007)
Review oleh Tremor
Timecrimes, yang dalam bahasa aslinya berjudul Los cronocrímenes adalah sebuah film sci-fi thriller dengan sedikit sentuhan horror asal Spanyol, yang ditulis sekaligus disutradarai oleh Nacho Vigalondo sebagai debut film fiturnya. Tak hanya itu, Vigalondo juga ikut berperan di dalam film ini. Timecrimes menyajikan konsep seputar time-travel yang menarik, sederhana, dan penuh ketegangan. Meskipun bajet film ini bisa dibilang sangat rendah, namun Vigalondo berhasil membuktikan bahwa ia mampu membuat sebuah debut yang menjanjikan bermodalkan sedikit dana, segudang imajinasi dan penulisan yang cerdas. Setelah membuat Timecrimes, Vigalondo terus membuat film-film berunsur sci-fi dari mulai Extraterrestrial (2011), Open Windows Colossal (2016), dan juga mencoba bereksperimen dalam genre horror lewat kontribusi film pendeknya di antologi-antologi horor dari mulai The ABCs of Death (2012), The Profane Exhibit (2013) hingga V/H/S Viral (2014).
Karena kisah dalam Timecrimes berkaitan dengan time-travel, maka akan cukup sulit untuk menuliskan plotnya tanpa spoiler. Jadi saya hanya akan menuliskan sedikit saja. Timecrimes berfokus pada Hector, seorang pria paruh baya yang baru memulai menjalani kehidupan normalnya di rumah baru yang terletak di daerah pedesaan bersama istrinya, Clara. Tak lama setelah film dimulai, Hector pergi ke hutan yang berlokasi di belakang pekarangan rumahnya untuk menginvestigasi sekaligus mencari jawaban atas rasa penasarannya tentang sosok misterius di hutan yang ia sempat lihat melalui teropongnya. Tanpa diduga keputusannya ini membawa Hector ke dalam beberapa kejadian hingga ia terjebak dalam serangkaian peristiwa paradoks waktu yang tidak terkendali. Secara tidak disengaja, Hector menjadi bagian dari loop waktu yang kompleks.
Kalau ada sebuah teknologi yang menawari kita untuk bisa kembali ke masa lalu, mungkin sebagian besar dari kita tidak akan menolak tawaran tersebut, dengan tujuan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mungkin pernah dilakukan, atau untuk mencegah terjadinya sesuatu yang buruk di masa lalu. Konsep seperti ini telah menjadi fondasi bagi banyak film, dari mulai franchise Terminator, Back to the Future, hingga film 12 Monkeys (1995). Tapi apa yang membedakan Timecrimes dari film bertema time-travel lainnya adalah kesederhanaan serta tingkat realismenya. Realisme utama datang dari karakter Hector itu sendiri. Ia bukanlah karakter yang heroik, apalagi berwawasan luas. Ia hanyalah seorang pria paruh baya sederhana yang biasa-biasa saja. Secara fisik, Hector bahkan tidak sanggup berlari terlalu lama karena usia telah membuatnya cepat kehabisan nafas. Seperti kebanyakan orang pada umumnya, Hector juga tidak memahami seluk-beluk tentang perjalanan waktu sama sekali. Hector jelas bukan penonton serial Lost atau satupun film Back to the Future. Ia tidak bisa membayangkan potensi fatal dari paradoks waktu yang bisa saja terjadi akibat perilaku ceroboh sekecil apapun yang dilakukan ketika seseorang diberi kesempatan untuk melakukan perjalanan waktu. Masalahnya, Hector kebetulan adalah karakter ceroboh. Saat film ini baru dimulai saja, kita sudah bisa melihat bagaimana Hector membawa kendaraannya dengan ceroboh, membuat segala macam barang tercecer keluar dari bagasi mobilnya. Tapi justru karakter Hector yang tidak sempurna dan realistis sebagai seorang bapak-bapak pada umumnya inilah yang membuat Timecrimes bekerja dengan sangat baik. Dalam perjalanannya, arc karakter Hector mulai berubah secara perlahan karena ia harus menghadapi beberapa masalah setelah terjebak dalam perjalanan waktu. Hector yang awalnya hanyalah seorang pria tua yang ingin bersantai-santai di halaman belakang rumahnya sendiri, akan menjadi seseorang yang jauh lebih teliti, penuh perhitungan, hingga sanggup melakukan perbuatan jahat untuk menyelamatkan apa yang ia prioritaskan.
Tidak seperti kebanyakan film sci-fi lainnya, Timecrimes sama sekali tidak bergantung pada special effect spektakuler dan plot yang berbelit-belit. Rasanya, film ini bahkan hampir tidak memiliki special effect sama sekali. Sebaliknya, film ini lebih berfokus pada kesederhanaan dan elemen-elemen manusiawi, mengeksplorasi dilema moral dan etika yang muncul ketika seseorang memiliki kesempatan untuk mengubah masa lalu. Kesederhanaan adalah kunci kecemerlangan Timecrimes. Dengan anggaran yang terbatas dan pendekatan minimalis, ditambah pengeditan yang cerdas, penulis/sutradara Nacho Vigalondo berhasil membuat sebuah cerita sederhana yang penuh ketegangan. Film ini memang memantik penontonnya untuk berpikir, tetapi tidak terlalu sulit. Secara garis besar, alur cerita Timecrimes memang tidak akan membuat penontonnya bingung karena alurnya berjalan lurus secara linear, menunjukkan narasi dari sudut pandang Hector sejak awal hingga akhir.
Timecrimes memiliki beberapa kelemahan, salah satunya adalah acting karakter Hector yang bagi saya terasa buruk dan terlalu kaku tanpa ekspresi. Kemudian, ada bagian yang menurut saya sangat tidak penting dan patut pertanyakan, yaitu yang berkaitan dengan perlakuan Hector terhadap seorang perempuan muda asing yang ia temui di dalam hutan, yang saya anggap sebagai bentuk pelecehan. Keputusan ini patut dipertanyakan karena perlakuan Hector yang spesifik ini pada akhirnya tidak menjadi bagian dari plot kunci, dalam artian, seandainya bagian pelecehan tersebut dihilangkan atau diganti dengan keputusan lain sejak awal, tidak akan mengubah apapun dalam plot keseluruhannya. Namun di luar semua kelemahannya, Timecrimes tetaplah menjadi satu contoh yang bagus tentang bagaimana sebuah film independen berbajet rendah bisa menjadi film sci-fi yang efektif tanpa perlu special effect mewah. Film ini membuktikan mengapa kekuatan story-telling memang sudah seharusnya menjadi prioritas teratas dibandingkan hal-hal teknis produksi. Meskipun film ini mengeksplorasi ide yang kompleks, namun berhasil disuguhkan dalam format yang mudah dicerna dan menghibur. Timecrimes adalah sebuah film debut yang menjanjikan dan dieksekusi dengan baik, wajib ditonton oleh mereka yang tertarik pada konsep time-travel yang tidak terlalu rumit.