POLKA WARS RILIS MUSIC VIDEO RANGKUM

Dua tahun sudah berlalu sejak Polka Wars merilis debut album mereka yang bertajuk Axis Mundi. Dua tahun pula sejak keberangkatan band yang dinaungi Billy Saleh (gitar), Giovanni Rahmadeva (drum, vokal), Karaeng Adjie (gitar, vokal) dan Xandega Tahajuansya (bass) ini ke negeri Paman Sam untuk merekam beberapa lagu berkat kemenangan mereka dalam kompetisi yang diadakan oleh Converse, Rubbertracks. Kini mereka siap memperdengarkan salah satu materi yang mereka rekam di sana melalui sebuah music video melalui sebuah kerjasama secara eksekutif dengan Maternal Disaster.

Menampilkan Al Imran Karim yang sebelumnya turut menjadi cast dalam music video  milik Filastine & Nova, Rangkum di-direct oleh sutradara Agung Pambudi dan Xandega Tahajuansya.

Agung Pambudi sebelumnya sudah terlibat dalam beberapa project seperti musik video Titik Nol milik Piston, sebagai cinematographer pada film 1,000 Kilometer serta menjadi director dan juga DP pada seri Overture, Encounter dan Moltar dari Thrive Motorcycle.

“Kita pengen bikin video ini organik, dalam artian movement dan angle cukup natural dalam sudut pandang seseorang ketika kita mengikuti alur si karakter yang mau kita ceritain ini. Organik, yet not something physically as in humanFloaty, out of body experience gitu lah”, ungkap Agung mengenai video Rangkum.

Pada pembuatan music video Rangkum, Agung dan Xandega memilih untuk menggunakan steadi-cam, kamera yang sebenarnya sudah tidak lagi sering digunakan dalam sinematografi.

“Secara teknis kita pake steadi-cam, suatu alat yang membuat movement kamera yang ‘floating’. Pemilihan ini cukup spesial, karena kamera ini udah mulai ditinggalin. Kebanyakan sekarang pake Gimbal, di mana kamera itu udah sangat robotik. Dan feel yang kita mau ambil (dari lagu ini) ga bakal bisa didapet dengan Gimbal ini. Steadi-cam ini awal mulanya diciptain sama DoP-nya film ‘The Shining’, khusus buat scene terakhir di labirin”, Agung menjelaskan pemilihan penggunaan kamera jenis steadi-cam.

Rangkum menjadi lagu pertama mereka yang menggunakan Bahasa Indonesia. “Karena kita rekaman di Amerika, itu jadi challenge akhirnya. Momentum buat diri sendiri”, ungkap mereka.